Cinta bisa begitu hebat membolak-balikkan hidup. Kadang, rasa cinta pada pasangan membuat kita melupakan hal-hal yang sebelumnya kita anggap prinsipil. Demi pasangan, kita seringkali mengabaikan teman, keluarga, pekerjaan, cita-cita, bahkan kebahagiaan diri sendiri.
Apakah sikap semacam itu pantas dipertahankan? Cinta selayaknya tidak menurunkan kualitasmu sebagai manusia, bukan? 8 hal yang sebenarnya ‘haram’ jika harus kamu relakan hanya demi bertahan dengan pasanganmu!
Ingatkah kali terakhir kamu tertawa menertawakan kekonyolan tingkahmu? Hanya karena kini ada dia di sisi, tidak sempurnanya dirimu tak perlu ditutupi
Kita sering berusaha terlalu keras demi terlihat sempurna di depan pasangan. Harus selalu tampil cantik, anggun, bicara lemah lembut, sabar, perhatian; banyak hal yang kadang dilakukan semata-mata demi bisa menjadi pasangan yang baik
Bukankah menghargai keberadaan dirimu sendiri jauh lebih penting? Ketika pasanganmu pernah bertutur “aku cinta kamu”, selayaknya kalimat itu bisa dibuktikan. Dia yang mencintaimu akan mendukung usahamu untuk menjadi lebih baik tanpa menjadikan kata ‘sempurna’ sebagai harga mati. Setidaknya, dia sadar bahwa dalam keseharianmu ada-ada saja perilaku luput atau lalai. Bahkan, ketika paras ayumu adalah yang bisa membuatnya tertarik, kelak kamu pun akan keriput dan menua.
Menutupi kekurangan dengan alasan menjaga hati yang dicinta sebenarnya sama saja dengan menyakiti diri sendiri secara perlahan. Kamu tak lagi waras menanggapi kuatnya perasaan, hingga harus bersusah payah membangun tembok besar penutup kealpaan.
Kemudi arah hidupmu tak selayaknya berpindah tangan. Kamu tetap nahkoda yang mengendalikan, tak peduli sedalam apa perasaanmu pada pasangan
Sebuah hubungan tidak akan pernah luput dari momen berbeda pendapat. Ketika menurutnya menikah di usia muda lebih baik, kamu sah untuk berpikir sebaliknya. Tentu tidak ada salahnya jika kamu memilih memuaskan hasrat belajar dan mencari pengalaman kerja daripada harus buru-buru menikah.
Kunci kebahagiaan hidupmu tidak pernah berpindah tangan, tapi selamanya ada dalam genggamanmu. Setiap orang punya otoritas menentukan segala hal yang berkenaan dengan hidupnya. Perbedaan persepsi dalam hubungan bisa dikompromikan selama cinta dan kasih sayang yang jadi pegangan. Tapi, bukan berarti kamu boleh mengabaikan kata hatimu sendiri. Ada kalanya kebahagiaan baru bisa dicapai ketika kamu mantap mengabaikan orang lain.
Ketika masalah datang kamu tak pantas jadi satu-satunya yang dipersalahkan. Kalian menjalani hubungan bersama, rasa bersalah itu sepatutnya juga dibagi berdua
Tidak bisa dipungkiri, manusia punya kecenderungan ingin didengar. Cemas memikirkan masa depan, takut menerima perubahan, hingga merasa ‘tidak aman’ dalam menjalani hubungan; banyak hal yang membuat kita merasa perlu berbagi beban hidup dengan bercerita. Sepantasnya, pasanganlah orang pertama yang siap menampung segala keluh kesahmu.
Bahkan, ketika masalah datang untuk menguji hubungan kalian, kemauan untuk sama-sama mendengar bisa jadi penyelamat. Kamu maupun pasanganmu tidak patut punya tendensi untuk saling menghakimi atau menyudutkan. Pasalnya, ikatan kasih akan langgeng ketika pasangan bisa berkomunikasi dengan baik dan saling memahami. Kesediaan untuk mendengar dan berkompromi juga menjadi modal untuk membangun hubungan yang sehat.
Hanya karena dia membuatmu jatuh hati seharusnya cinta-cinta yang lain tak diusir pergi. Sahabat, orangtua, sampai rekan kerja di kanan-kiri juga butuh disayangi
Cinta ibarat oksigen bagi manusia. Mencintai dan dicintai adalah yang menjadikan hidup lebih layak dijalani. Merelakan hatimu pada seseorang bukan berarti kamu boleh mengabaikan cinta-cinta yang lain. Keluarga, teman, hobi, pekerjaan, renjana, hingga ambisimu pun layak kamu cintai dengan porsi yang sama.
Kecintaan pada pasangan seharusnya tidak meredupkan hidupmu. Tidak menghalangi kedekatanmu dengan keluarga atau sahabat. Tidak juga menahanmu yang suka berpetualang dan hendak kuliah S2 atau membangun bisnis startup. Kelak, jika kebebasanmu untuk mencintai mulai dikekang, pastikan untuk buru-buru melepaskan ikatannya.
Duniamu tidak berhenti hanya karena kini ada pasangan yang mendampingi. Kamu tetap berhak mencoba hal-hal anyar, kamu selalu pantas mengembangkan diri sendiri
Setelah lulus kuliah, kamu berharap bisa bekerja di luar kota demi mengejar pekerjaan impianmu. Namun, kemungkinan harus tinggal berjauhan dengan pacar membuatmu sedikit ragu. Apakah bisa kalian bertahan dalam hubungan jarak jauh?
Yang pasti, hidup terlalu singkat jika dijalani tanpa keberanian menantang diri sendiri. Demi masa depan karir, kesempatan pindah ke luar kota dan jajal melamar pekerjaan impian jelas tidak boleh dilewatkan. Sekalipun harus menjalani hubungan jarak jauh, kesempatan ini justru bisa menguji kesetiaan kalian sebagai sepasang kekasih. Tinggal terpisah jarak dengan pasangan tidak selalu menyedihkan. Ketika kalian sama-sama mau berusaha, hubungan yang terjalin justru akan semakin kuat.
Ketika bersamanya kamu lebih banyak menangis dibanding tertawa, kamu patut bertanya. Begitu berhargakah dia sampai kau diam saja saat dia merenggut kebahagiaan yang selama ini ada?
Ibaratnya, hidup adalah hadiah dari Penciptamu. Sebisa mungkin rayakan hidupmu dengan selalu berbahagia. Berbagi senyum dengan orang-orang yang kamu temui, menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman, atau belajar dan mengerjakan sesuatu yang bisa membuatmu merasa puas.
Ketika nasib hubunganmu tidak bisa diprediksi, jangan sekali-kali menggantungkan kebahagianmu pada pasangan. Sifat manusia bisa berubah, cinta atau kasih sayang mungkin saja luntur, bahkan cinta bisa tiba-tiba hilang lantaran diganti cinta yang lain. Jadikan kebahagiaan sebagai otoritasmu sendiri. Ada atau tidaknya seseorang di sampingmu, kamu tetap bisa hidup bahagia.
Hanya karena sudah tidak lagi sendiri bukan berarti kamu terikat jadi satu di mata kaki. Tentu kamu mencintainya, tapi dirimu juga layak atas spasi yang melegakan — sejenak saja
Hubungan pacaran seharusnya tidak mengekangmu. Mencintai juga selayaknya membebaskan. Pasangan yang baik tidak akan menuntutmu untuk selalu meluangkan waktu untuknya. Ketika rutinitas pekerjaan begitu menyita waktumu bahkan hanya menyisakan akhir pekan, kamu pun berhak menggunakannya untuk memanjakan diri.
Kebiasaanmu pergi ke salon atau menyambangi tempat spa mungkin tidak bisa kamu tinggalkan. Walaupun sebenarnya ingin menemani pasanganmu pergi jalan-jalan atau nonton bersama, tidak ada salahnya menyempatkan waktu untuk dirimu terlebih dahulu. Sebagai pasangan yang baik, selayaknya dia bisa memahami dan mau berkompromi dengan kebutuhanmu.
Terlepas dari berhasil atau tidaknya hubungan kalian, kamu harus ingat bahwa hidup terus berjalan. Merelakan segalanya atas dasar dalamnya perasaan adalah bentuk kesia-siaan
Selalu ada kemungkinan gagal dalam menjalin sebuah hubungan. Namun, bayangan kegagalan tidak harus membuatmu ketakutan atau merasa insecure. Bahkan, ketika kegagalan itu benar-benar terjadi, kamu hanya perlu bertahan untuk tidak terlalu tenggelam dalam kesedihanmu.
Hubungan yang gagal hanya bisa diterima dengan pemakluman. Bahwa putus adalah hal yang wajar terjadi ketika dua orang sudah tidak lagi sejalan. Di saat ini, kamu tidak layak mengorbankan apapun, termasuk kebahagiaan dan semangatmu untuk melanjutkan hidup. Sesakit apapun kamu tetap harus bangkit dan menyembuhkan dirimu sendiri.
Banyak hal yang tidak bisa begitu saja direlakan demi sebuah hubungan bertajuk pacaran. Ketika ikatan itu terlalu erat dan justru menyakitimu, tidak ada yang lebih baik selain melepaskannya.
Hubungan pacaran yang sehat seharusnya menjadikanmu pribadi yang lebih baik tanpa harus mengorbankan kebaikan-kebaikan yang sudah kamu miliki.
-------------------------------------------------------------
Dia yang mencintaimu akan mendukung usahamu untuk menjadi lebih baik tanpa menjadikan kata ‘sempurna’ sebagai harga mati. Setidaknya, dia sadar bahwa dalam keseharianmu ada-ada saja perilaku luput atau lalai. Bahkan, ketika paras ayumu adalah yang bisa membuatnya tertarik, kelak kamu pun akan keriput dan menua
Menutupi kekurangan dengan alasan menjaga hati yang dicinta sebenarnya sama saja dengan menyakiti diri sendiri secara perlahan. Kamu tak lagi waras menanggapi kuatnya perasaan, hingga harus bersusah payah membangun tembok besar penutup kealpaan.
http://www.hipwee.com/hubungan/8-hal-yang-tidak-layak-kamu-korbankan-saat-pacaran/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar