Senin, 06 Mei 2013

Ketergantungan Terhadap Produksi Pertanian dan Ekspor Barang-Barang Primer

Tugas 2

                Sejak terjadinya krisis ekonomi pada bulan Juli 1977 yang berlanjutcmenjadi krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia ternyata sangat berpengaruh pada penurunan kinerja ekspor berbagai produk. Di antara produk yang mengalami penurunan tersebut adalah produk-produk pertanian seperti produk ternak, tanaman pangan dan hortikultura serta produk tanaman perkebunan primer maupun olahannya. Meskipun sektor pertanian masih dapat memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional, karena mengingat peranannya dalam penyerapan tenaga kerja serta penghasil devisa dari sektor non migas, namun masih saja belum mampu menunjukkan peningkatan kinerja ekspor. Di sisi lain, walaupun dengan potensi sumber daya pertanian yang ada dan cukup besar Indonesia pernah menjadi eksportir terbesar seperti gula dan lada, namun tidak dapat bertahan lama.
                Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan ekonomi bangsa. Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang tinggi, memberikan devisa bagi negara dan mempunyai efek pengganda ekonomi yang tinggi dengan rendahnya ketergantungan terhadap impor (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar, sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor pertanian juga dapat menjadi basis dalam mengembangkan kegiatan ekonomi perdesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri. Dengan pertumbuhan yang terus positif secara konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional (Antara,2009).
                Pertanian dalam arti luas meliputi sektor pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan. Pembangunan sektor pertanian bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dengan menggalakkan pembangunan sektor pertanian dengan sistem agribisnis dimana pembangunan dengan sistem agribisnis ini diharapkan dapat meningkatkan kuantitas, produktivitas, kualitas, pemasaran, dan efisiensi usaha pertanian, baik yang dikelola secara mandiri maupun secara kemitraan.
                Saragih (2002) menekankan pentingnya pembangunan dengan pendekatan agribisnis karena beberapa hal yaitu: meningkatkan daya saing melalui keunggulan komparatif, merupakan sektor perekonomian utama daerah yang memberikan kontribusi dalam pembentukan PDB, dan kesempatan kerja serta merupakan sumber pertumbuhan baru yang signifikan. Sedangkan Antara (2009) menyebutkan peranan agribisnis dalam pembangunan nasional adalah sebagai pembentuk GDP atau penyumbang nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, penghasil devisa, pembangunan ekonomi daerah, ketahanan pangan nasional, dan lingkungan hidup.
Pengembangan agribisnis yang dimaksud perlu difokuskan pada komoditas yang berpotensi sebagai komoditas unggulan yang diindikasikan oleh kemampuan tanaman untuk tumbuh dan berkembang terutama pada kondisi biofisik, teknologi dan lingkungan sosial ekonomi tertentu (Erwidodo, 1998 ). Rahmat, (1999) menyatakan bahwa pengembangan komoditas hortikultura, khususnya buah-buahan yang dirancang menjadi sumber pertumbuhan pembangunan pertanian yang cukup penting dalam pembangunan jangka panjang. Pengembangan aneka jenis buah-buahan diharapkan mampu memberi nilai tambah bagi produsen dan industri pengguna serta berkembangnya sentrum pengembangan agribisnis komoditas unggulan (SPAKU) di berbagai daerah.
                Komoditas hortikultura merupakan produk yang prospektif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional. Permintaan pasar baik di dalam maupun di luar negeri masih besar. Di samping itu, produk ini juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kemajuan perekonomian menyebabkan permintaan produk hortikultura semakin meningkat. Di sisi lain, keragaman karakteristik lahan, agroklimat serta sebaran wilayah yang luas memungkinkan wilayah Indonesia digunakan untuk pengembangan hortikultura tropis dan sub tropis termasuk anggur didalamnya.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan dari negara-negara penghasil buah tropis lainnya. Produksi buah tropika nusantara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada Tabel 1.1 dapat dilihat tingkat kebutuhan buah-buah dan produksi buah-buahan, dan terlihat kebutuhan akan buah-buahan pada tahun 2009 meningkat sebesar 27,22% apabila dibandingkan dengan tahun 2005 sedangkan, produksinya hanya meningkat sebesar 20,57%.

Tabel 1.1
Tingkat Kebutuhan dan Produksi Buah-buahan di Indonesia Lima Tahun Terakhir (2005 sd 2009) Tahun
Kebutuhan (ton)
Produksi (ton)
2005
14.267.891
14.786.599
2006
15.153.063
15.193.297
2007
16.093.149
15.838.000
2008
17.091.554
16.946.000
2009
18.151.902
17.829.000

Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam luar wilayah pabean suatu negara dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Ekspor Barang Primer (hasil perkebunan, hasil tambang, minyak mentah, minuman, makanan, kertas, pakaian)

Penyebab :
-          Belum sanggup memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat secara menyeluruh.
-          Hal ini karena proporsi output pertanian sangat tinggi terhadap perekonomian, sementara sektor indutri sangat kecil. Penyebabnya karena sebagian besar penduduknya berpendapatan rendah dan bekerja sebagai petani dan umumnya buruh tani.
-          Ketidakcukupan Teknologi dan Kapital.
hambatan proses produksi akibat kesenjangan peralatan, mesin, serta rendahnya teknologi dan penguasaan teknologi akibat skill yang rendah. Output per tenaga kerja di LDC (Less Development Country/Negara Berkembang) rendah jika dibandingkan negara maju karena kapital per
tenaga kerja yang rendah.
-          Ketergantungan pada ekspor primer disebabkan karena penguasaan teknologi yang rendah, serta jiwa wirausaha yang rendah yang umumnya disebabkan karena rendahnya pendidikan. Penyebabnya karena penduduk banyak bekerja disektor pertanian, dimana keluarga-keluarga petani beberapa diantara dapat memproduksi surplus yang cukup besar untuk mensuplai non pertanian namun jumlahnya relatif kecil.


Dampak Positif    :
-          Menambah Pendapatan negara
-          Banyak menyerap tenaga kerja
-          Penghasil devisa dari sektor non migas
-          Dengan semakin ketat meningkatnya persaingan ekspor dunia maka eksportir lebih mengoptimalkan kelancaran proses ekspor sehingga dapat menciptakan sarana infrastrutur yang baik
-          Memperkuat posisi eksternal. Dengan melakukan ekspor sebanyak mungkin dapat meningkatkan ketahanannya agar kebutuhan impor di negara tersebut dapat dibiayai dari penghasilan sendiri. Sasaran khusus dari strategi ini adalah untuk menghimpun cadangan devisa yang akan memperkuat ekonomi dan keuangan negara karena dengan memiliki cadangan devisa besar dapat dengan mudah meredam dampak gejolak perekonomian dan keuangan internasional.
-          Meningkatkan Efisien
-          Meningkatkan pendapatan
-          Memacu pertumbuhan produksi bahan baku
-          Meningkatkan kualitas sumber daya alam dan sumber daya manusia


Dampak Negatif  :
-          Dapat menurunkan daya kreatifitas akibat terlalu bergantungnya terhadap produksi pertanian
-          Permasalahan yang cukup besar dibidang kependudukan dan lingkungan hidup diantaranya pertumbuhan penduduk yang begitu cepat menjadi masalah tersendiri, karena tidak diimbangi dengan pemerataan pembangunan, dan akhirnya menjadikan bertambahnya jumlah masyarakat miskin secara alamiah maupun kultural (situasi lingkaran ketidakberdayaan mereka yang bersumber dari rendahnya tingkat pendidikan, pendapatan, kesehatan dan gizi, produktifitas, penguasaan modal, keterampilan dan teknologi serta hambatan infrastruktur maupun etnis sosial lainnya.)
-          Produktivitas rendah jika pasokan terganggu
-          Dapat mengganggu pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi (tingkat produktivitas dan pendapatan perkapita)
-          Tingkat pertumbuhan tidak merata atau bahkan tumbuh tidak terlalu tinggi
-          Cenderung tergantung ke luarnegeri dan pertumbuhan diciptakan karena injeksi utang
-          Marak terjadinya alih fungsi lahan
-          Mendorong terjadinya kelebihan urbanisasi
-          Dari sisi volume ekspor cukup tinggi, tapi nilai ekspornya rendah. kontribusi sektor primer terhadap PDB juga rendah.
-          Perekonomian hanya terpusat pada produksi barang primer untuk ekspor, akibat sektor ekonomi lainnya terabaikan
-          Perekonomian menjadi rentan terhadap fluktuasi harga internasional barang-barang ekspor. Jika terjadi depresi dunia akan menjatuhkan permintaan dan harga sehingga perekonomian secara keseluruhan akan terkena efeknya Karena tergantung pada beberapa mata dagang ekspor, maka perekonomian akan menjadi sangat tergantung pada impor. Impor pada umumnya terdiri dari bahan bakar, bahan pabrik, matadagangan primer, alat-alat transpor dan mesin, dan bahkan makanan. Di samping itu harus diperhatikan juga pengaruh demonstration effect yang cenderung meningkatkan impor menjadi semakin besar.
-          Dapat menambah tingkat pengangguran terselubung (under employment),
pengangguran penuh atau terbuka
-          Terjadi kemerosotan sekuler berupa imbangan pendapatan (income terms of trade) yaitu terjadinya ketidakmampuan untuk mengimpor sehingga akan mengalami kesulitan di dalam neraca pembayaran dan semakin membesar utang luar negeri. Kondisi ini menyebabkan diperlukannya pemasukkan modal asing untuk mengembangkan dan memperluas sektor ekspor. Akibat yang terjadi selanjutnya modal asing ini akan mengendalikan dan mengelola sektor ekspor tersebut, yang akhinya akan menjadi monopoli di berbagai sektor penting seperti perkebunan dan pertambangan. Akhirnya, akan menguras sumber daya pada sektor-sektor tersebut tanpa memerhatikan kelestariannya.
-          Yang bersifat tradisional masih sangat terbatas untuk bahan mentah saja. Belum ada altematif untuk memasarkan dalam bentuk produk olahan jadi pola panen yang bersifat musiman dan masih sangat tergantung pada faktor alam, harga yang sangat fluktuatif antar waktu; sifat produk cepat rusak; pemasaran masih dilakukan dalam bentuk produk mentah dan belum ada upaya untuk menjadikannya ke dalam bentuk olahan dalam skala besar. Ketergantungan terhadap iklim menyebabkan produksi tidak dapat dilakukan sepanjang tahun melainkan pada bulan tertentu. Akibatnya pada musim panen raya, produksi melimpah pada semua tingkat pasar, dan di luar musim panen, produksi menjadi langka. Pola produksi yang bersifat musiman merupakan penyebab utama fluktuasi harga yang tajam


Solusi
-          Terus mengembangkan potensi yang ada
-          Mengembangkan teknologi pertanian
-          Memanfaatkan secara optimal komoditi pertanian lokal minimal komoditi lokal menjadi tuan rumah didaerahnya sendiri
-          Cintai produk dalam negeri
-          Melakukan proteksi agar tidak menjadi masyarakat yang konsumtif
-          Pengusaha ekspor harus kreatif mencari alternatif tujuan pasar ekspor baru (misal dengan mencari negara lain yang berpotensi besar)
-          Peran negara meningkatkan efisiensi biaya transaksi, efisiensi pelayanan, perbaikan perijinan
-          Pemerintah berperan aktif dalam mencari peluang pasar yang luas diberbagai negara
-          Pemerintah memberikan bekal kepada masyarakat agar memahami konsep-konsep yang berkenaan dengan pembangunan ekonomi agar dapat diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari khususnya tentang dampak postif dan dampak negatif mengenai Ketergantungan Terhadap Produksi
Pertanian dan Ekspor Barang-Barang Primer
-          Untuk ke arah agro industri, perlu melibatkan petani dan lembaga pemasaran. Disinilah diharapkan peran lembaga pemasaran menjadi optimal, tidak semata mengutamakan keuntungan pribadi tetapi mendukung peningkatan nilai tambah produk dan peningkatan pendapatan petani.