Sejak
terjadinya krisis ekonomi pada bulan Juli 1977 yang berlanjutcmenjadi krisis
multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia ternyata sangat berpengaruh pada
penurunan kinerja ekspor berbagai produk. Di antara produk yang mengalami
penurunan tersebut adalah produk-produk pertanian seperti produk ternak,
tanaman pangan dan hortikultura serta produk tanaman perkebunan primer maupun
olahannya. Meskipun sektor pertanian masih dapat memberikan kontribusi positif
terhadap perekonomian nasional, karena mengingat peranannya dalam penyerapan
tenaga kerja serta penghasil devisa dari sektor non migas, namun masih saja belum
mampu menunjukkan peningkatan kinerja ekspor. Di sisi lain, walaupun dengan
potensi sumber daya pertanian yang ada dan cukup besar Indonesia pernah menjadi
eksportir terbesar seperti gula dan lada, namun tidak dapat bertahan lama.
Sektor pertanian merupakan
sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan
peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka panjang
maupun dalam rangka pemulihan ekonomi bangsa. Peranan sektor pertanian adalah
sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang dan papan, menyediakan
lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap
pendapatan nasional yang tinggi, memberikan devisa bagi negara dan mempunyai
efek pengganda ekonomi yang tinggi dengan rendahnya ketergantungan terhadap
impor (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-output antar
industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar,
sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam
pembangunan ekonomi nasional. Sektor pertanian juga dapat menjadi basis dalam
mengembangkan kegiatan ekonomi perdesaan melalui pengembangan usaha berbasis
pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri. Dengan pertumbuhan yang terus
positif secara konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam menjaga laju
pertumbuhan ekonomi nasional (Antara,2009).
Pertanian dalam arti luas
meliputi sektor pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan. Pembangunan
sektor pertanian bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta menambah
pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dengan
menggalakkan pembangunan sektor pertanian dengan sistem agribisnis dimana
pembangunan dengan sistem agribisnis ini diharapkan dapat meningkatkan
kuantitas, produktivitas, kualitas, pemasaran, dan efisiensi usaha pertanian,
baik yang dikelola secara mandiri maupun secara kemitraan.
Saragih (2002) menekankan
pentingnya pembangunan dengan pendekatan agribisnis karena beberapa hal yaitu:
meningkatkan daya saing melalui keunggulan komparatif, merupakan sektor
perekonomian utama daerah yang memberikan kontribusi dalam pembentukan PDB, dan
kesempatan kerja serta merupakan sumber pertumbuhan baru yang signifikan.
Sedangkan Antara (2009) menyebutkan peranan agribisnis dalam pembangunan nasional
adalah sebagai pembentuk GDP atau penyumbang nilai tambah, penyerapan tenaga
kerja, penghasil devisa, pembangunan ekonomi daerah, ketahanan pangan nasional,
dan lingkungan hidup.
Pengembangan
agribisnis yang dimaksud perlu difokuskan pada komoditas yang berpotensi
sebagai komoditas unggulan yang diindikasikan oleh kemampuan tanaman untuk
tumbuh dan berkembang terutama pada kondisi biofisik, teknologi dan lingkungan
sosial ekonomi tertentu (Erwidodo, 1998 ). Rahmat, (1999) menyatakan bahwa
pengembangan komoditas hortikultura, khususnya buah-buahan yang dirancang
menjadi sumber pertumbuhan pembangunan pertanian yang cukup penting dalam
pembangunan jangka panjang. Pengembangan aneka jenis buah-buahan diharapkan
mampu memberi nilai tambah bagi produsen dan industri pengguna serta
berkembangnya sentrum pengembangan agribisnis komoditas unggulan (SPAKU) di
berbagai daerah.
Komoditas hortikultura merupakan
produk yang prospektif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun
internasional. Permintaan pasar baik di dalam maupun di luar negeri masih
besar. Di samping itu, produk ini juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Kemajuan perekonomian menyebabkan permintaan produk hortikultura semakin
meningkat. Di sisi lain, keragaman karakteristik lahan, agroklimat serta
sebaran wilayah yang luas memungkinkan wilayah Indonesia digunakan untuk
pengembangan hortikultura tropis dan sub tropis termasuk anggur didalamnya.
Indonesia
merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman
dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan
dari negara-negara penghasil buah tropis lainnya. Produksi buah tropika
nusantara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada Tabel 1.1 dapat
dilihat tingkat kebutuhan buah-buah dan produksi buah-buahan, dan terlihat
kebutuhan akan buah-buahan pada tahun 2009 meningkat sebesar 27,22% apabila
dibandingkan dengan tahun 2005 sedangkan, produksinya hanya meningkat sebesar
20,57%.
Tabel
1.1
Tingkat
Kebutuhan dan Produksi Buah-buahan di Indonesia Lima Tahun Terakhir (2005 sd
2009) Tahun
|
Kebutuhan
(ton)
|
Produksi
(ton)
|
2005
|
14.267.891
|
14.786.599
|
2006
|
15.153.063
|
15.193.297
|
2007
|
16.093.149
|
15.838.000
|
2008
|
17.091.554
|
16.946.000
|
2009
|
18.151.902
|
17.829.000
|
Ekspor
adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam luar wilayah pabean suatu negara
dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.
Ekspor Barang Primer (hasil perkebunan, hasil tambang, minyak mentah, minuman, makanan, kertas, pakaian)
Penyebab :
Ekspor Barang Primer (hasil perkebunan, hasil tambang, minyak mentah, minuman, makanan, kertas, pakaian)
Penyebab :
-
Belum sanggup memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat secara menyeluruh.
-
Hal ini karena proporsi output pertanian sangat tinggi terhadap perekonomian, sementara sektor
indutri sangat kecil. Penyebabnya karena
sebagian besar penduduknya berpendapatan rendah dan bekerja sebagai petani dan umumnya buruh tani.
-
Ketidakcukupan Teknologi dan Kapital.
hambatan proses produksi akibat kesenjangan peralatan, mesin, serta rendahnya teknologi dan penguasaan teknologi akibat skill yang rendah. Output per tenaga kerja di LDC (Less Development Country/Negara Berkembang) rendah jika dibandingkan negara maju karena kapital per
tenaga kerja yang rendah.
hambatan proses produksi akibat kesenjangan peralatan, mesin, serta rendahnya teknologi dan penguasaan teknologi akibat skill yang rendah. Output per tenaga kerja di LDC (Less Development Country/Negara Berkembang) rendah jika dibandingkan negara maju karena kapital per
tenaga kerja yang rendah.
-
Ketergantungan pada ekspor primer disebabkan karena penguasaan teknologi yang rendah, serta jiwa
wirausaha yang rendah yang umumnya disebabkan
karena rendahnya pendidikan. Penyebabnya karena penduduk banyak bekerja disektor pertanian, dimana
keluarga-keluarga petani beberapa diantara
dapat memproduksi surplus yang cukup besar untuk mensuplai non pertanian namun jumlahnya relatif kecil.
Dampak
Positif :
-
Menambah Pendapatan negara
-
Banyak menyerap tenaga kerja
-
Penghasil devisa dari sektor non migas
-
Dengan semakin ketat meningkatnya persaingan ekspor dunia maka eksportir lebih mengoptimalkan kelancaran
proses ekspor sehingga dapat menciptakan
sarana infrastrutur yang baik
-
Memperkuat posisi eksternal. Dengan melakukan ekspor sebanyak mungkin dapat meningkatkan
ketahanannya agar kebutuhan impor di negara tersebut dapat dibiayai dari penghasilan sendiri.
Sasaran khusus dari strategi ini adalah
untuk menghimpun cadangan devisa yang akan memperkuat
ekonomi dan keuangan negara karena dengan memiliki cadangan devisa besar dapat dengan mudah meredam dampak gejolak
perekonomian dan keuangan internasional.
-
Meningkatkan Efisien
-
Meningkatkan pendapatan
-
Memacu pertumbuhan produksi bahan baku
-
Meningkatkan kualitas sumber daya alam dan sumber daya manusia
Dampak
Negatif :
-
Dapat menurunkan daya kreatifitas akibat terlalu bergantungnya terhadap produksi pertanian
-
Permasalahan
yang cukup besar dibidang kependudukan dan lingkungan hidup diantaranya pertumbuhan
penduduk yang begitu cepat menjadi masalah tersendiri, karena tidak diimbangi
dengan pemerataan pembangunan, dan akhirnya menjadikan bertambahnya jumlah masyarakat miskin secara alamiah maupun kultural (situasi
lingkaran ketidakberdayaan mereka yang bersumber dari rendahnya tingkat
pendidikan, pendapatan, kesehatan dan gizi, produktifitas, penguasaan modal,
keterampilan dan teknologi serta hambatan infrastruktur maupun etnis sosial
lainnya.)
-
Produktivitas rendah jika pasokan terganggu
-
Dapat mengganggu pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi (tingkat produktivitas dan pendapatan
perkapita)
-
Tingkat pertumbuhan tidak merata atau bahkan tumbuh tidak
terlalu tinggi
-
Cenderung tergantung ke luarnegeri dan pertumbuhan diciptakan
karena injeksi
utang
-
Marak terjadinya alih fungsi lahan
-
Mendorong terjadinya kelebihan urbanisasi
-
Dari sisi volume ekspor cukup tinggi, tapi nilai ekspornya
rendah. kontribusi
sektor primer terhadap PDB juga rendah.
-
Perekonomian hanya terpusat pada produksi barang primer untuk ekspor, akibat sektor ekonomi
lainnya terabaikan
-
Perekonomian menjadi rentan terhadap fluktuasi harga
internasional barang-barang ekspor. Jika terjadi depresi dunia akan
menjatuhkan permintaan dan harga sehingga
perekonomian secara keseluruhan akan terkena
efeknya Karena tergantung pada beberapa mata dagang ekspor, maka perekonomian akan menjadi sangat tergantung pada
impor. Impor pada umumnya terdiri dari
bahan bakar, bahan pabrik, matadagangan primer,
alat-alat transpor dan mesin, dan bahkan makanan. Di samping itu harus diperhatikan juga pengaruh demonstration
effect yang cenderung meningkatkan impor
menjadi semakin besar.
-
Dapat menambah tingkat pengangguran terselubung (under
employment),
pengangguran penuh atau terbuka
pengangguran penuh atau terbuka
-
Terjadi kemerosotan sekuler berupa imbangan pendapatan (income
terms of
trade) yaitu terjadinya ketidakmampuan untuk mengimpor sehingga akan mengalami kesulitan di dalam neraca pembayaran dan
semakin membesar utang luar negeri. Kondisi
ini menyebabkan diperlukannya pemasukkan
modal asing untuk mengembangkan dan memperluas sektor ekspor. Akibat yang terjadi selanjutnya modal asing ini
akan mengendalikan dan mengelola sektor
ekspor tersebut, yang akhinya akan menjadi monopoli
di berbagai sektor penting seperti perkebunan dan pertambangan. Akhirnya, akan menguras sumber daya pada
sektor-sektor tersebut tanpa memerhatikan
kelestariannya.
-
Yang bersifat tradisional masih sangat
terbatas untuk bahan mentah saja. Belum ada altematif untuk memasarkan dalam
bentuk produk olahan jadi pola panen yang bersifat musiman dan masih sangat
tergantung pada faktor alam, harga yang sangat fluktuatif antar waktu; sifat
produk cepat rusak; pemasaran masih dilakukan dalam bentuk produk mentah dan
belum ada upaya untuk menjadikannya ke dalam bentuk olahan dalam skala besar.
Ketergantungan terhadap iklim menyebabkan produksi tidak dapat dilakukan
sepanjang tahun melainkan pada bulan tertentu. Akibatnya pada musim panen raya,
produksi melimpah pada semua tingkat pasar, dan di luar musim panen, produksi
menjadi langka. Pola produksi yang bersifat musiman merupakan penyebab utama
fluktuasi harga yang tajam
Solusi
-
Terus mengembangkan potensi yang ada
-
Mengembangkan teknologi pertanian
-
Memanfaatkan secara optimal komoditi pertanian lokal minimal
komoditi lokal menjadi tuan rumah didaerahnya sendiri
-
Cintai produk dalam negeri
-
Melakukan proteksi agar tidak menjadi masyarakat yang konsumtif
-
Pengusaha ekspor harus kreatif mencari alternatif tujuan pasar
ekspor baru
(misal dengan mencari negara lain yang berpotensi besar)
-
Peran negara meningkatkan efisiensi biaya transaksi, efisiensi pelayanan, perbaikan perijinan
-
Pemerintah berperan aktif dalam mencari peluang pasar yang luas diberbagai negara
-
Pemerintah memberikan bekal kepada masyarakat agar memahami konsep-konsep yang berkenaan
dengan pembangunan ekonomi agar dapat diaplikasikan
dalam kegiatan sehari-hari khususnya tentang dampak postif dan dampak negatif mengenai Ketergantungan
Terhadap Produksi
Pertanian dan Ekspor Barang-Barang Primer
Pertanian dan Ekspor Barang-Barang Primer
-
Untuk ke arah agro industri, perlu
melibatkan petani dan lembaga pemasaran. Disinilah diharapkan peran lembaga
pemasaran menjadi optimal, tidak semata mengutamakan keuntungan pribadi tetapi
mendukung peningkatan nilai tambah produk dan peningkatan pendapatan petani.
Thank's gan infonya !!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id
makasih ya infonyaa
BalasHapus:)
BalasHapus